Rabu, 13 November 2013

LIMBAH PERTANIAN DAN PENANGGULANGANNYA




LIMBAH PERTANIAN
DAN PENANGGULANGANNYA

Pertanian merupakan sektor yang masih luas terhampar di wilayah Indonesia. Gencarnya pembangunan di sektor industri dan pemukiman penduduk belum mampu menggeser sektor pertanian sebagai iconIndonesia yang terkenal sebagai negara agraris. Pembangunan pertanian saat ini telah mencapai pengembangan agribisnis dan agroindustri. Pengembangan tersebut telah mendorong pertumbuhan sektor pertanian tetap terjadi peningkatan. Begitu pula halnya yang terjadi pada subsektor peternakan, meskipun saat ini Indonesia tengah menghadapi krisis, peternakan Indonesia masih tetap eksis bahkan menunjukkan peningkatan, diantaranya produksi daging meningkat 4,01% per tahun, telur menigkat 5,6% per tahun, dan susu meningkat 2,69% per tahun (Direktorat Jenderal Peternakan, 2005). Peningkatan produksi yang didorong untuk memenuhi permintaan dalam maupun luar negeri disisi lain menimbulkan dampak negatif bagi lingkungan. 
Diantaranya penggunaan bahan agrokimia seperti pupuk dalam pertanian akan menyebabkan pencemaran lingkungan dan menurunkan kualitas lahan dengan hilangnya lapisan subur akibat erosi dan pencucian hara. Selain itu, tersedianya banyak sisa hasil dari bercocok tanam, seperti jerami yang berlimpah dan gulma yang belum dimanfaatkan dapat menjadi masalah. Kegiatan petani yang selama ini cenderung untuk membakar sisa hasil pertanian seperti jerami dan gulma tentu akan menyumbang banyak karbondiokasida yang ditengarai sebagai salah satu penyebab pemanasan global. Sementara itu, peningkatan di subsektor peternakan meninggalkan berbagai masalah berupa limbah. Limbah ternak dapat berupa sisa buangan dari kegiatan usaha pemeliharaan ternak, rumah potong ternak, dan pengolahan produk ternak. Adapun limbah tersebut dapat ditemukan dalam jenisa padat dan cair, antara lain feses, urin, darah, tanduk, bulu, kuku, dan kulit telur. Selama ini belum ada upaya yang maksimal dalam penanganan limbah dan dampak negatif dari usaha pertanian, sehingga perlu dikaji pengangannya melalui sistem integrasi tanaman-ternak. 
Konsep sistem integrasi tanaman-ternak ini hadir sebagai salah satu bentuk pertanian terpadu. Pola integrasi antara tanaman dan ternak muncul sebagai kegiatan pertanian dan peternakan yang saling melengkapi. Pola ini akan akan menjadi solusi bagi usaha pertanian. Salah satu contoh integrasi yang terjadi antara hewan ternak dan tanaman adalah limbah ternak berupa kotoran diolah menjadi pupuk cair dan kompos dan kemudian diaplikasikan pada lahan pertanian. Manfaat kompos yang dapat memperbaiki struktur tanah, menaikkan daya serap tanah terhadap air, menaikan kondisi kehidupan di dalam tanah dan sumber zat makanan bagi tanaman tentu akan berpengaruh besar bagi pertanian. Sebaliknya limbah pertanian berupa jerami, gulma dan dedak dapat dimanfaatkan pula sebagai pakan ternak. Selain itu, bentuk integrasi yang dapat dilakukan adalah dengan mengembalakan ternak di pinggir atau pada lahan yang belum ditanami dan pada lahan setelah pemanenan hasil, sehingga ternak dapat memanfaatkan limbah tanaman pangan, gulma, rumput, semak dan hijauan pakan yang tumbuh di sekitar tempat tersebut atau menggunakan tenaga sapi atau kerbau untuk pengolahan tanah. Sementara itu, ternak dapat mengembalikan unsur hara dan memperbaiki struktur tanah melalui urin dan kotoran padatnya. 
Harapan dari pola tersebut petani yang ketergantungan akan bahan agrokimia seperti pupuk sintesis yang sudah jelas mempunyai efek negatif dan limbah ternak berlimpah belum tertangani akan terselesaikan dengan adanya penyediaan pupuk kandang dari limbah ternah dilahan pertanian, sehingga terbentuk peternakan tanpa limbah karena limbah peternakan digunakan untuk pupuk, dan limbah pertanian untuk makan ternak. Adapun dampak negatif dari pertanian berupa kerusakan tanah dan pemanasan global dalam jangka panjang dapat diminimumkan. Kesimpulan yang dapat diambil adalah integrasi tanaman-ternak dimaksudkan untuk memperoleh hasil usaha yang optimal, dan dalam rangka memperbaiki kondisi kesuburan tanah dan upaya penangan limbah usaha pertanian. Interaksi antara ternak dan tanaman haruslah saling melengkapi, mendukung dan saling menguntungkan, sehingga dapat mendorong peningkatan efisiensi produksi dan meningkatkan keuntungan hasil usaha tani. Adapun saran untuk kedepan perlu digalakkannya sistem integrasi tanaman-ternak, mengingat sistem ini di samping menunjang pola pertanian organik yang ramah lingkungan, juga mampu meningkatkan usaha pertanian secara umum.

Limbah pertanian berupa limbah tanaman merupakan hasil sampingan dari tanaman yang dibudidayakan dan kaya bahan organik yang dapat dimanfaatkan kembali sebagai  pupuk tanaman. Selain itu limbah pertanian juga dapat berupa sisa pestisida. Limbah Pertanian diartikan sebagai bahan yang dibuang di sektor pertanian,misalnya sabut dan tempurung kelapa,jerami dan dedak padi, kulit.. Secara garis besar limbah pertanian itu dibagi ke dalam limbah pra dan Saat panen serta limbah pasca panen. Limbah pasca panen juga bisa terbagi dalam kelompok limbah sebelum diolah dan limbah setelah diolah atau limbah industri pertanian.
Limbah pertanian terbagi atas dua kelompok yaitu :

1.      limbah pertanian pra
limbah pertanian pra panen yaitu materi-materi biologi yang terkumpul sebelum atau sementara hasil utamanya diambil. Sebagai contoh daun, ranting, atau daun yang gugur sengaja atau tidak biasanya dikumpulkan sebagai sampah dan ditangani umumnya hanya dibakar saja.
2.      Limbah pertanian panen
Limbah pertanian saat panen cukup banyak berlimpah. Golongan tanaman serealia misalnya yang populer di Indonesia antara lain batang atau jerami saat panen padi,  jagung, dan mungkin sorgum.

            Sisa potongan bagian bawah jerami padi yang termasuk akar tanaman padi belum digunakan dengan baik, selain bagian ini dirasakan kurang efisien kalau diambil, juga bisa dikembalikan untuk kesuburan tanah. Sawah direndam ,lalu dibajak sehingga sisa tanaman padi ini masuk ke dalam tanah dan dibiarkan membusuk. Potongan atasnya setelah diambil gagang dan bulir padinya daun dan sebagian batangnya dibakar, dibuat atap, atau dibenamkan ke dalam lumpur untuk pupuk. Daun dan batang atau jerami padi dapat difermentasikan atau dibuat silase jadi pakan ternak ruminansia. Panen jagung menyisakan batang dan daun yang mengering. Sering sisa batang dan daun ini cukup dibakar saja, demikian juga halnya pada panen sorgum, sisa tanaman jarang dimanfaatkan lebih optimal. Beberapa peternak dapat membuat silase yang terkadang ditambahkan tetes tebu.
Hampir semua tanaman setahun masih menyisakan sisa tanaman yang sampai sejauh ini hanya dibuang atau dibakar atau dimanfaatkan sebagian untuk makanan ternak, kompos, bibit (misalnya ubi jalar), dan belum ada pemanfaatannya yang lebih baik misalnya diekstrak klorofilnya untuk bahan pewarna makanan dan lain sebagainya. Sisa panen pisang berupa batang, pelepah dan daun di perkebunan pisang perlu dipikirkan cara penanganannya yang lebih baik. Serat batang pisang masih bisa dimanfaatkan untuk karung misalnya. Sama halnya di kebun nenas setelah diambil tunas batangnya untuk bibit, sisanya kebanyakan dipotong lalu dibuang walaupun peremajaannya dilakukan setelah tanaman pokok berumur 3-4 tahun bahkan ada yang membiarkannya terus. Serat yang ada di daun-daunnya mungkin masih bisa dimanfaatkan. Di penggilingan padi limbah bisa dikumpulkan antara lain sekam kasar, dedak, dan menir. Sekam banyak dimanfaatkan sebagai bahan pengisi untuk pembuatan bata merah, dipakai sebagai bahan bakar, media tanaman hias, diarangkan untuk media hidroponik, diekstrak untuk diambil silikanya sebagai bahan empelas dan lain-lain. Dedak halus digunakan sebagai pakan ternak ayam, bebek atau kuda, sementara menirnya dimanfaatkan sebagai campuran makanan bayi karena kandungan vitamin B1 nya tinggi, makanan burung, dan diekstrak minyaknya menjadi minyak katul (bran oil).Hasil panen jagung menghasilkan limbah dalam bentuk klobot jagung yangbisa dimanfaatkan sebagai bahan pengemas makanan secara tradisional(wajik, dodol), tongkolnya kurang dimanfaatkan walaupun sebenarnyamungkin masih bisa untuk media jamur atau lainnya. Hasil penggilinganjagung menjadi tepung, lembaganya bisa diekstrak menjadi minyak jagungdan tentu saja ampasnya masih bisa diberdayakan karena kandungan proteinnya dan mungkin lemaknya masih ada.
Limbah industri pertanian adalah buangan dari pabrik/industri pengolahan  hasil pertanian. Seperti industri-industri lainnya justru limbah ini yang banyak menimbulkan polusi lingkungan kalau tidak ditangani secara baik. Jenis industri ini juga cukup banyak. Untuk memudahkan penanganannya limbah industri pertanian ini bisa dikelompokkan berdasarkan komponen bahan bakunya, apakah limbah karbohidrat, protein atau lemak demikian juga bisa dikelompokkan berdasarkan fasanya yang terbesar apakah cairan atau padatan. Untuk penanganannya, lim bah cair biasanya dikelompokkan lagi berdasarkan BOD (Biological Oxygen Demand)-nya.
Berdasarkan jenis  wujud limbah pertanian diklasifikasikan atas tiga jenis yaitu limbah padat, limbah cair dan limbah gas. Ketiga jenis limbah ini dapat dikeluarkan sekaligus oleh satu industri ataupun satu persatu sesuai dengan proses yang ada di industri pertanian.

1.      Limbah Padat
Bahan-bahan buangan baik dari limbah pra panen, limbah panen, limbah pasca panen dan limbah industri pertanian yang wujudnya padat dikelompokkan pada limbah padat, contoh : Daun-daun kering, jerami, sabut dan tempurung kelapa. Jika limbah-limbah tersebut di atas kalau dibiarkan menumpuk saja tanpa penanganan tertentu akan menyebabkan/menimbulkan keadaan tidak higienis karena menarik serangga (lalat,kecoa) dan tikus yang seringkali merupakan pembawa berbagai jenis kuman penyakit.Limbah padat dapat diolah menjadi pupuk dan makanan ternak.

2.      Limbah cair
Limbah cair industri pertanian sangat banyak karena air digunakan untuk :
1.      membersihkan bahan pangan dan peralatan pengolahan.
2.      menghanyutkan bahan-bahan yang tidak dikehendaki (kotoran).
Limbah cair yang berasal dari industri pertanian banyak mengandung bahan-bahan organik (karbohidrat, lemak dan protein) karena itu mudah sekali busuk dengan menimbulkan masalah polusi udara (bau) dan polusi air.
Sifat-sifat limbah cair dibedakan atas tiga kelompok yaitu :
1.       sifat fisik misalnya suhu, pH, warna bau dan endapan.
2.       sifat kimiawi misalnya adanya kandungan organik (karbohidrat, protein, lemak dll) dan kandungan an organik (nitrogen, khlorida, fosfor dll).
3.       sifat biologis misalnya ada tidaknya mikroorganisme. Untuk mengukur kadar bahan organik dari limbah cair biasanya dilakukan analisis BOD (Biochemical Oxygen Demand), COD (Chemical Oxygen Demand).

3.      Limbah gas
Limbah gas adalah limbah berupa gas yang dikeluarkan pada saat pengolahan hasil-hasil pertanian, misalnya gas yang timbul berupa uap air pada proses pengurangan kadar air selama proses pelayuan teh dan proses pengeringannya. Limbah gas ini supaya tidak menimbulkan bahaya yang  harus disalurkan lewat cerobong.

Limbah pertanian banyak menimbulkan dampak bagi manusia maupun bagi lingkungan, dampak limbah pertanian  antara lain sebagai berikut:
1.        Gangguan terhadap Kehidupan Biotik perairan
                        Dengan banyaknya zat pencemar yang ada di dalam air limbah, maka akan menyebabkan menurunnya kadar oksigen yang terlarut di dalam air limbah dengan demikian akan menyebabkan kehidupan di dalam air yang membutuhkan oksigen akan terganggu, dalam hal ini akan mengurangi perkembangannya. Selain kematian kehidupan di dalam air disebabkan karena kurangnya oksigen di dalam air dapat juga disebabkan karena adanya zat beracun yang berada di dalam air limbah tersebut. Selain matinya ikan dan bakteri-bakteri di dalam air juga dapat menimbulkan kerusakan pada tanaman atau tumbuhan air. Sebagai akibat matinya bakteribakteri, maka proses penjernihan sendiri yang seharusnya bisa terjadi pada air limbah menjadi terhambat. Sebagai akibat selanjutnya adalah air limbah akan sulit untuk diuraikan. Selain bahan-bahan kimia yang dapat mengganggu kehidupan di dalam air, maka kehidupan di dalam air juga dapat terganggu dengan adanya pengaruh fisik seperti adanya temperatur tinggi yang dikeluarkan oleh industri yang memerlukan proses pendinginan. Panasnya air limbah ini dapat mematikan semua organisme apabila tidak dilakukan pendinginan terlebih dahulu sebelum dibuang ke dalam saluran air limbah.
2.      Gangguan terhadap Keindahan
Dengan semakin banyaknya zat organik yang dibuang oleh perusahaan yang memproduksi bahan organik seperti tapioka, maka setiap hari akan dihasilkan air limbah yang berupa bahan-bahan organik dalam jumlah yang sangat besar. Ampas yang berasal dari pabrik ini perlu dilakukan pengendapan terlebih dahulu sebelum dibuang ke saluran air limbah, akan tetapi memerlukan waktu yang sangat lama. Selama waktu tersebut maka air limbah mengalami proses pembusukan dari zat organik yang ada di dalamnya. Sebagai akibat selanjutnya adalah timbulnya bau hasil pengurangan dari zat organik yang sangat menusuk hidung. Di samping bau yang ditimbulkan, maka dengan menumpuknya ampas akan memerlukan tempat yang banyak dan mengganggu keindahan tempat di sekitarnya. Pembuangan yang sama akan dihasilkan juga oleh perusahaan yang menghasilkan minyak dan lemak, selain menimbulkan bau juga menyebabkan tempat di sekitarnya menjadi licin. Selain bau dan tumpukan ampas yang mengganggu, maka warna air limbah yang kotor akan menimbulkan gangguan pemandangan yang tidak kalah besarnya. Keadaan yang demikian akan lebih parah lagi, apabila pengotoran ini dapat mencapai daerah pantai di mana daerah tersebut merupakan daerah tempat rekreasi bagi masyarakat sekitarnya.
3.      Gangguan terhadap Kesehatan Makhluk hidup
Limbah cair sangat berbahaya terhadap kesehatan manusia mengingat bahwa banyak penyakit yang dapat ditularkan melalui air limbah. Limbah cair ini ada yang hanya berfungsi sebagai media pembawa saja seperti penyakit kolera, radang usus, hepatitis infektiosa, serta skhistosomiasis. Selain sebagai pembawa penyakit di dalam limbah cair itu sendiri banyak terdapat bakteri patogen penyebab penyakit seperti :
1.    Vibrio Kolera
Menyebabkan penyakit kolera dengan penyebaran utama melalui limbah cair yang telah tercemar oleh kotoran manusia yang mengandung vibrio kolera.
2.    Salmonella Typhosa a dan Salmonella Typhosa b
Merupakan penyebab tiphus abdominalis dan para tiphus yang banyak terdapat di dalam air limbah bila terjadi wabah. Prinsip penularannya adalah melalui air dan makanan yang telah tercemar oleh manusia yang berpenyakit tiphus.
3.      Shigella Spp.
Adalah penyebab disentri bacsillair dan banyak terdapat pada air yang tercemar. Adapaun cara penularannya adalah melalui kontak langsung dengan kotoran manusia maupun melalui perantara dengan makanan, lalat dan tanah.
4.    Basillus Anthraksis
Adalah penyebab penyakit anthrak, terdapat pada air limbah dan sporanya tahan terhadap pengolahan. Brusella Spp. Adalah penyebab penyakit brusellois, demam malta serta menyebabkan keguguran (aborsi) pada domba
5.    Mikobakterium Tuberkulosa
Adalah penyebab penyakit tuberkulosis dan terutama terdapat pada air limbah yang berasal dari sanatorium.
6.    Leptospira
Adalah penyebab penyakit weil dengan penularan utama berasal dari tikus selokan.
Dan masih banyak lagi bakteri patogen yang menyebabkan penyakit. Selain sebagai pembawa dan kandungan kuman penyakit, maka air Limbah juga dapat mengandung bahan-bahan beracun, penyebab iritasi, bau dan bahkan suhu yang tinggi serta bahan-bahan lainnya yang mudah terbakar. Keadaan yang demikian ini sangat dipengaruhi oleh sumber asal air limbah.

Solusi pencemaran air akibat limbah pertanian Perlu kesadaran dari semua lapisan masyarakat khususnya para  petani supaya berlaku bijak dengan limbah pertanian yang dihasilkannya.Dan semua itu hanya bisa diwujudkan dengan sebuah tindakan kecil sebagai awalnya yaitu dengan memulai dari diri sendiri.

Pertanian merupakan sektor yang masih luas terhampar di wilayah Indonesia. Gencarnya pembangunan di sektor industri dan pemukiman penduduk belum mampu menggeser sektor pertanian sebagai icon Indonesia yang terkenal sebagai negara agraris. Pembangunan pertanian saat ini telah mencapai pengembangan agribisnis dan agroindustri. Pengembangan tersebut telah mendorong pertumbuhan sektor pertanian tetap terjadi peningkatan. Begitu pula halnya yang terjadi pada subsektor peternakan, meskipun saat ini Indonesia tengah menghadapi krisis, peternakan Indonesia masih tetap eksis bahkan menunjukkan peningkatan, diantaranya produksi daging meningkat 4,01% per tahun, telur menigkat 5,6% per tahun, dan susu meningkat 2,69% per tahun (Direktorat Jenderal Peternakan, 2005).
Peningkatan produksi yang didorong untuk memenuhi permintaan dalam maupun luar negeri disisi lain menimbulkan dampak negatif bagi lingkungan. Diantaranya penggunaan bahan agrokimia seperti pupuk dalam pertanian akan menyebabkan pencemaran lingkungan dan menurunkan kualitas lahan dengan hilangnya lapisan subur akibat erosi dan pencucian hara. Selain itu, tersedianya banyak sisa hasil dari bercocok tanam, seperti jerami yang berlimpah dan gulma yang belum dimanfaatkan dapat menjadi masalah. Kegiatan petani yang selama ini cenderung untuk membakar sisa hasil pertanian seperti jerami dan gulma tentu akan menyumbang banyak karbondiokasida yang ditengarai sebagai salah satu penyebab pemanasan global.

PENUTUP
            Limbah pertanian sebenarnya bermanfaat jika kita tahu cara pengolahannya namun jika limbah pertanian dibiarkan saja maka limbah akan menumpuk dan akan menjadi masalah yang dapat mengganggu kesehatan masyarakat. Selain itu limbah pertanian ada juga yang bukan berasal dari tanaman itu sendiri misalnya yang berasal dari sisa pemakaian pestisida.
            Kesimpulan yang dapat ditarik dari pokok bahasan diatas antara lain sebagai berikut :
1.      Secara garis besar limbah pertanian itu dibagi ke dalam limbah pra dan Saat panen serta limbah pasca panen.
2.      Berdasarkan jenis  wujud limbah pertanian diklasifikasikan atas tiga jenis yaitu limbah padat, limbah cair dan limbah gas.
3.      Limbah dapat menyebabkan gangguan terhadap keindahan, gangguan terhadap kesehatan makhluk hidup, serta dapat menyebabkan gangguan terhadap kehidupan biotik perairan.
4.      Diperlukan kesadaran bersama mengenai limbah pertanian agar tercapai masyarakat yang sehat dan sejahtera.








Daftar Pustaka

Herman, D.H. Goenadi.    1999. Manfaat dan Prospek Pengembangan    Industri
Pupuk Hayati di Indonesia. J. Litbang Pertanian. 18(3): 91-97.
Khaerudin, Hadi. 2008. Aspek Keteknikan Dalam Budidaya Tebu Dan Proses
Produksi Gula di PT. Rajawali II Unit PG Subang Jawa Barat. IPB
Oezer Y. 1993. Agroteknologi Tebu Lahan Kering. Jakarta : Arikha Media Cipta.
Rosmarkam, Afandie & Nasih Widya Yuwono. 2002. Ilmu Kesuburan Tanah.
Kanisius, Yogyakarta.
Sudiatso S. 1982. Bertanam Tebu. Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Toharisman, A., 1991.  Pengelolaan Tebu Berkelanjutan.  Pusat Penelitian
Perkebunan Gula Indonesia (P3GI).
Hermawan W dan Setiawan RPA. 2010. Rekayasa Mesin Pencacah Dan
Pembenam Limbah Untuk Budidaya Tanaman Tebu. LPPM IPB, Bogor
Goenadi , DH dan Santi LP. 2006. Aplikasi Bioaktivator SuperDec dalam
Pengomposan
Limbah  Padat  Organik  Tebu.  Buletin  Agron. (34) (3) pp 173   180  (2006). 
Suriawiria U. 2002. Pupuk Organik Kompos Dari Sampah. Bandung: Humaniora

2 komentar:

  1. makasih infonya gan.
    yang butuh info pertanian, saya rekomendasikan jokowarino.com tempat berbagi informasi mengenai pertanian indonesia, adalah blog baru yang cukup bagus menyediakan referensi seputar pertanian, sesuai dengan namanya jokowarino.com tempat berbagi informasi mengenai pertanian indonesia memang tidak hanya membahas teori saja, namun infonya juga bersifat aplikatif, karena itulah banyak orang yang mengunjunginya DISINI>> jokowarino.com tempat berbagi informasi mengenai pertanian indonesia
    yang mencari info tentang nama latin tumbuhan juga ada, silakan klik DISINI>> nama ilmiah tumbuhan
    info ini juga dipersembahkan oleh minuman berenergi

    BalasHapus
  2. tidak ada solusi dan langkah nyata atau umum
    hanya berdasarkan kesadaran individu
    tidak bisa kita mengubah kesadaran orang lain kalau kita sendiri juga belum mampu

    BalasHapus